Kumuh & Tanpa Tiket Masuk, Pengelolaan Taman Kehati Mesuji Diduga Jadi Ajang Korupsi

 

Laporan : Aris Rinaldi

Fakta7.com || Mesuji- Selain tidak terjaga keberisihannya dan terkesan kumuh, ternyata pengelolaan lokasi wisata Taman Kehati Kabupaten Mesuji Lampung itu juga administrasinya amburadul. Pengunjung saat lebaran kali ini masuk dan membayar tanpa diberikan tiket tanda masuk.

Taman yang semula menjadi kebanggaan kabupaten setempat hasil karya mantan Bupati Mesuji, Khamamik itu saat ini diduga dijadikan ajang korupsi pejabat pengelolanya.

Padahal jika dikelola dengan baik, lokasi wisata tersebut mendatangkan Pandatan daerah yang sangat besar. Kendati saat ini terlihat amburadul, taman tersebut ternyata dianggarkan dalam APBD untuk pengelolaanya.

Penelusuran tim fakta7.com dilokasi wisata Taman Kehati, Minggu (08/05/2022), ribuan pengunjung yang mendatangi wisata tersebut tanpa diberikan tanda masuk alias tiket. Begitu juga parkir, terkesan semrawut dan tanpa adanya tiket alias karcis. Hal itu terjadi dari hari H Idul Fitri Hingga H+7, pengunjung terlihat membludak.

Tk, salah seorang penjaga pintu masuk, saat ditanya tidak adanya karcis tanda masuk atau sensor cutting box, beralaskan memakan waktu lama. “Kalau ramai begini, dan pakai karcis, sensor cutting box malah lama, satu orang bisa memakan waktu satu sampai tiga menit,” kata dia, sambal menunjukan alat sensor cutting box yang rusak.

Sedangkan dalam Perda no 7 tahun 2012,  terkiat parkir, berbunyi penyelenggara wajib mencantumkan tiket parkir, dalam undang undang 2016 juga sudah diatur besaran biaya parkir, dua ribu untuk roda dua dan tiga ribu untuk roda empat.

Sementara dilokasi itu, biaya parkir sering berubah ubah, untuk sepeda motor terkadang ditarik Rp2 ribu sampai Rp3 ribu, sedangkan kendaraan roda empat hingga Rp5 ribu.

Hal senada diakui Edwin, Penanggung jawab Taman Kehati. Diakuinya, tidak adanya tiket masuk dan parkir alasanya alat yang disediakan Dinas Pendapatan Daerah tidak bisa maksimal, disaat pengunjung membludak.

“Memang tidak ada tiket masuk pak. Ini kebijakan pihak taman, dikarenakan alat yang disediakan Dinas Pendapatan Daerah tidak bisa maksimal disaat pengunjung membludak begini, bahkan kalua pakai karcis perlu waktu sampai lima menit, untuk satu pengunjung,” kata dia.

Edwin berlaskan, hal itu bukanlah kesalahan pihak Taman Kehati, tetapi kesalahan  Dinas Pendapatan Daerah, yang tidak menyiapkan tiket tersebut.

Salah satu tokoh Masyarakat kabupaten Mesuji menyayangkan hal itu, bahkan dengan cara tersebut akan menjadi ladang korupsi. “Gila, kalau gak pakai karcis, sebegitu banyaknya pengunjung. Terus mereka setor kemana uang tersebut. Sangat mungkin sekali   ini jadi ajang korupsi, secara administratif, mereka sudah salah itu,” ujarnya, melalui pesan singkat WhatshaPP.

Ketua LSM Pematank juga memberikan kritik pedas terkait hal itu, dan sangat disayangkan pengelolaan taman kebanggaan kabupaten itu amburadul.”Waduhh kacau itu, jika tidak ada karcis masuk dan parkir. Mereka perlu dievaluasi,  karena taman Kehati ini aset daerah, bukan punya pribadi,  kenapa tidak dipersiapkan dari jauh hari, soal kemungkinan yang ada dan pastinya mereka sudah tahu, jika hari besar begini pasti ramai pengunjung, rentan sekali itu dikorupsi kalua seperti ini,” ujarnya.

Sementara itu, Elviana, ketua DPRD Kabupaten Mesuji yang ditanya tim wartawan mealui pesan singkat WA pribadinya memastikan  akan adanya kecurangan bahkan korupsi berjamaah dengan cara pengelolaan taman tersebut.  

 “Seharusnya pakai tiket, kalau tidak pakai tiket, ada peluang untuk diselewengkan, itu ga ada alasan apapun, mereka harusnya sudah mempersiapkan sebelumnya.Atau jangan jangan ada unsur kesengajaan disitu.

Editor : Seno

Pos terkait

Tinggalkan Balasan