Fakta7.com || Waykanan – Bermodalkan motor rusak yang dibeli wali murid, para siswa siswi ditantang menservice sepeda motor tersebut dan harus bisa berhasil. Tenryata keberhasilan itu dapat dilakukan para siswa siswi.
Begitulah cara kepala SMKN 01 Negeri Agung, Ahmadi mengajarkan para siswanya untuk bisa praktik langsung menghidupkan sepeda motor milik mereka. “Sekolah sudah komitmen dengan para orang tua, begitu juga sebaliknya. Maka kita meminta para orang tua membeli sepeda motor rusak total alias mati yang harganya rata-rata hanya Rp2 jutaan bahkan tidak sampai. Motor itu merupakan bekal siswa untuk praktik langsung. Harus bisa mereka dandan sendiri dan harus hidup,” katanya.
Ternyata dengan tantangan tersebut, kata Ahmadi, siswa lebih memiliki kemampuan untuk mendalami ilmu mereka. “Sepeda motor itu milik mereka sendiri, jadi kalau memang sudah bagus dan hidup, mau dibawa pulang yang ga ada masalah. Semangat siswa siswi itu berbeda Ketika yang didandan milik sendiri,” ujarnya.
Dengan menerapkan lebih banyak jam praktik dari pada teori, menurut Ahmadi, bisa memberikan ruang yang besar kepada siswa siswinya untuk melakukan parkatik. “Coba kalau waktunya terbatas, Namanya mau bengkel, kalau kita nuruti waktu jam belajar, baru mau ambil konci-konci, terus baru buka penutup mesin, sudah habis waktunya, dan harus masuk kelas, karena mau ganti pelajaran. Kalau sepeti ini siswa kapan bisanya,” kata dia.
Bahkan untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL), kata Ahmadi, SMKN 01 Negeri Agung tidak akan dilakukan keluar dari sekolah. “PKL Nanti disekolah inilah, kita yang akan datangkan para ahli ke sekolah, baik itu dari Honda, Suzuki, Yamaha dan bengkel-bengkel resmi lain,” ujar kepsek.
Ahmadi memiliki berbagai alasan, PKL dilakukan disekolah, selain mudah pengawasanya, siswa siswi akan lebih bisa memahami mesin secara keseluruhan. “Coba kalau PKL di bengkel misalnya, setelah selesai PKL mereka hanya bisa ganti oli, bongkar baut, ganti busi. Untuk bongkar pasang mesin, jarang sekali bengkel-bengkel besar yang mengizinkan siswa untuk melakukannya. Maka bisa saya bilang hasil PKL diluar itu hanya Nol besar,” kata dia.
Menurutnya, PKL disekolah juga tidak terlalu membabankan orang tua untuk mengeluarkan biaya yang besar, baik itu untuk makan, kos dan lainnya. Karena PKL di sekolah, siswa bisa pulang kerumah dan makan dirumah atau membawa bekal dari rumah,” kata Ahmadi.
Editor : Seno