“Misteri” Pengelolaan Dana P3TGAI Banjit, Amburadulnya Pekerjaan Irigasi Milik Petani

 

Laporan : Baiki

Fakta7.com | Waykanan – Pengelolaan dana Program pembangun percepatan dan peningkatan tata guna Air  saluran irigasi  (P3 TGAI) yang ada di 11 Kampung di Kecamatan Banjit, Waykanan Lampung diduga penuh dengan rekayasa, sehingga dikerjakan asal jadi.

Terutama dalam pembuatan beton precast, selain adukan yang tidak memenuhi standar kententuan, pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut juga tidak ada dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWS-MS), sebagai leading sektor pekerjaan tersebut.

Sangat miris, saat program yang seharusnya ditujukan demi kesejahteraan para petani sawah itu, dalam realisasinya dikerjakan asal-asalan. Dari 20 Kampung/kelurahan yanga da di Kecamatan Banjit, sedikitnya ada 1 kelurahan dan 10 kampung yang mendapat kucuran dana tersebut.

Dari informasi dan pemantauan teim fakta7.com, rata-rata dana program yang menelan anggaran Rp 195juta tersebut, diduga dikelola oleh kepala kampung, sehingga untuk mengeruk keuntungan, banyak ketua P3A yang diganti dengan berbagai alas an. Bahkan tanpa ada musyawarah petani pengguna air.

Di Kampung Sumber Baru Kecamatan Banjit Kabupaten Waykanan, diduga pengerjaan precast dilakukan asal jadi dan jauh dari kwalitas.

Begitu juga di Kampung Campanglapan, bahkan kucuran dana tahap pertama sebesar Rp130 juta, langsung dikusai kepala Kampung setempat, Mujiono. Ketua P3A Bersama pengurus inti hanya melakukan pencairan di Bank, selanjutnya dana tersebut diserahkan ke kepala kampung, dengan alasan pembelian material.

Namun, ternyata material yang seharusnya tersedia, beberapa waktu lalu tidak ada dilokasi, sehingga pekerjaan terhenti.

Ketua P3A Kampung Campanglapan,  Soniman mengatakan, pencairan tahap satu diambil di bank. “Kami bertiga berangkat ke Bank, saya selaku ketua, sekertaris dan bendahara. Terus uang itu kami serahkan ke bapak muji selaku kepala Kampung Campanglapan, karena alasannya duit itu guna untuk membeli matrial, jadi semua matrial ini dari pak Muji semua,” katanya.

Lain halnya di Kampung Rantaujaya, Ketua kelompok tani Sari Makmur Kampung setempat, Sardi mengaku bahwa pembuatan beton precast sudah sesuai standar, dengan takaran adukan beton 123 atau satu sak semen dua ember pasir dan tiga ember batu seplit.

“Anggaranya Rp195 juta, kalau adukanya 123, dijalur BN 1,” katanya, dilokasi pembuatan  beton precast,  Jum’at (10/06/2022).

Namun sayang statement ketua koptan tersebut tidak sesuai dengan kondisi dilapangan. Dari pantauan tim fakta7.com, adukan tersebut menggunakan tujuh ember pasir ditambah lima ember batu seplit dan setengah sak semen.

Dengan menggunakan teknis adukan tersebut, terindikasi tidak akan bertahan lama, sehingga akan merugikan masyarakat atau  petani pengguna saluran irigasi persawahan. Karena dalam hitungan bulan, precast beton  (PB) yang dipasang akan segera jebol.

Saat pemasangan prescast juga tidak menggunakan pasir uruq sebagai dasar pemasangan cor beton tersebut.

Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi serupa berada di sebelas kampung yang berada di wilayah Kecamatan Banjit, Waykanan.Padahal rehab tersebut dalam rangka mendukung kedaulatan pangan dan upaya peningkatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat melalaui pemberdayaan masyarakat tani,  dalam perbaikan rehabilitas dan peningkatan jaringan irigasi secara parsipatik diwilayah sebelas kampung yang berada di wilayah Kecamatan Banjit, dengan sumber dana dari Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Masuji Lampung.

Dalam pantauan tim f7, pelaksanaan proyek yang dilakukan P3A Kampung Bali Sadar Tengah, dalam pembuatan precast beton menggunakan cara 321 alias 3 angkong pasir dua anggkong batu seplit dan satu sak semen. Sementara dalam aturan yang ada seharusnya campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5 air. Ukuran kerikil yang baik maksimum 20 mm dengan gradasi yang baik.

 I Nengah Suarta, Ketua Kelompok Tani  Lumbung Sari  Kampung Bali Sadar Tengah mengatakan, bahwa  pengajuan proposal proyek tersebut dilakukan kelompok taninya, namun saat dana turun pengelolaan keuangan dan pekerjaan dilakukan oleh  ketua P3A kampung setempat.

“Kami bekerja disini secara borongan yang di suruh pak feri, ketua P3A,” katanya,  Senin (13/06/2022), dilokasi proyek P3 – TGAI.

Diakuinya, sistem pembuatan precast atau cor beton tidak dilakukan memakai mesin molen namun secara manual, dengan adukan 321. “Adukan atau takaran 321 yaitu 3 angkong pasir dua anggkong batu seplit dan satu sak semen itu yang diprintahkan ketua Subak,” ujarnya.

Menurutnya, dalam pekerjaan iutu juga melibatkan anggota kelompok tani Sarwa Mupu. “Kami bekerja sesuai hasil rapat, kami di subak tentang sistem pembuatan semen cor precast. Satu angkong itu takaranya  sama dengan tiga ember cat besar, kapasitas 50 kg,” kata dia.

Pemakaian dana proyek diduga juga dilakukan di Kampung Menangajaya, dan akibatnya pekerjaan dilakukan asal jadi.

Bahkan di Kelurahan Pasar Banjit, yang seharusnya menjadi contoh bagi kampung-kampung, pengerjaanya juga dilakukan asal jadi, dan Ketua P3A diganti, dengan alas an tidak memiliki akta notaris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *